KILASAN IPTEK

- ASIA PUSAT INTERNET
Di tengah berbagai kesulitan ekonomi,peningkatan kegiatan Internet di Asia melonjak tajam. Sebuah studi oleh Nielsen//NetRatings, sebuah firma Amerika Serikat, yang disiarkan hari jumat (25/5) lalu menyebutkan Asia telah tumbuh sebagai pusat perkembangan Internet. Negeri pengguna Internet terbanyak adalah Korea Selatan dengan rata-rata 42 menit terus terkontak setiap sesi penjelajahan. Para pengguna di Hongkong muncul sebagai kedua terbesar dengan 38 menit, sedang Taiwan di tempat ketiga dengan 36 menit, dan Australia keempat dengan 35 menit. Bagaimana dengan Indonesia? Jumlah PC memang terus bertambah, namun sambungan telepon bermutu yang belum terjamin membuat negeri ini belum menunjukkan tanda peningkatan kegiatan yang cukup berarti. (AP/efix)

- DERING DAN GAMBAR M-WEB

- WAJAH MARS TERSINGKAP



ASIA PUSAT INTERNET - Di tengah berbagai kesulitan ekonomi, peningkatan kegiatan Internet di Asia melonjak tajam. Sebuah studi oleh Nielsen//NetRatings, sebuah firma Amerika Serikat, yang disiarkan hari jumat (25/5) lalu menyebutkan Asia telah tumbuh sebagai pusat perkembangan Internet. Negeri pengguna Internet terbanyak adalah Korea Selatan dengan rata-rata 42 menit terus terkontak setiap sesi penjelajahan. Para pengguna di Hongkong muncul sebagai kedua terbesar dengan 38 menit, sedang Taiwan di tempat ketiga dengan 36 menit, dan Australia keempat dengan 35 menit. Bagaimana dengan Indonesia? Jumlah PC memang terus bertambah, namun sambungan telepon bermutu yang belum terjamin membuat negeri ini belum menunjukkan tanda peningkatan kegiatan yang cukup berarti. (AP/efix)

DERING DAN GAMBAR M-WEB - M-Web, penyedia jasa Internet yang kini menguasai juga
Astaga.com dan Satunet.com, Selasa (22/5) meluncurkan produk layanan dering, pesan
bergambar dan logo di layar ponsel. Ia bekerja sama dengan operator GSM xcelcomindo.
Selama ini pemilik HP di Jakarta yang menginginkan tampilan gambar atau lagu khusus di ponselnya selalu datang ke Roxi atau Mangga Dua. "Kami merupakan operator pertama yang menyediakan fasilitas ini," kata Agung B Laksono, GM VAS Excelcom. Untuk pertama kali, fasilitas itu baru bisa dikirim ke ponsel Nokia dan Motorola. (hw)


WAJAH MARS TERSINGKAP - Kemajuan teknologi pencitraan satelit berhasil menyingkap
wajah asli planet Mars. Wajah planet merah ini tergolong legendaris, apalagi sebuah pesawat luar angkasa milik NASA seperempat abad lalu memotretnya dan menghasilkan
sebuah gambaran wajah manusia di dalam bayangan. Ukuran aslinya bisa sepanjang lebih dua kilometer. Gambar-gambar ini sempat menghiasi berbagai halaman muka berbagai koran dan tabloid, memicu sensasi tentang peradaban makhluk luar angkasa, bahkan mendorong pembuatan film di Hollywood. Batu-batuan yang menyusun permukaan planet itu kini terlihat gamblang berkat pencitraan satelit dengan resolusi tinggi dari NASA. Gambarnya 10 kali lebih tajam, dan tampak jelas tidak ada citra hidung atau mata. Sulit pula mencari jejak peradaban tinggi seperti pernah disangka. (CNN.com/efix)


loyalitas itu hadiah

Andrias Harefa*

John W. Gardner dalam bukunya On Leadership (Free Press, 1990) antara lain menulis : "Konstituen yang setia dimenangkan oleh mereka yang, sadar atau tidak, dinilai cakap untuk memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan mereka, ketika pemimpin terlihat seperti simbol yang mewakili norma-norma yang mereka anut, dan ketika citra sang pemimpin itu (apakah itu berkesesuaian dengan kenyataan atau pun tidak) selaras dengan mitos-mitos dan legenda yang mereka percayai".

Pernyataan itu menegaskan bahwa loyalitas adalah 'hadiah' yang diberikan oleh konstituen kepada orang yang mereka anggap pantas menjadi pemimpin mereka. Dan 'hadiah' itu diberikan berdasarkan persepsi mereka tentang kemampuan seseorang untuk mewakili mereka dalam hal tertentu. "Kemampuan" dalam hal apa? Utamanya dalam hal memberikan pemecahan masalah dan melayani kebutuhan para konstituen tersebut.

Dengan logika terbalik dapat dikatakan bahwa loyalitas bukanlah sesuatu yang dapat 'dipaksakan' seorang pemimpin kepada konstituennya. Sebab bagaimana mungkin seseorang boleh (sekalipun mungkin dapat) memaksa pihak lain untuk memberikan suatu 'hadiah' kepada dirinya? Bukankah hal itu, seperti yang biasa dilakukan oleh pejabat Orde Baru kepada kroni-kroni mereka, tidak saja lucu dan wagu, tetapi juga irrasional? Dan bukankah orang yang tidak mampu berpikir rasional tidak pernah layak kita angkat sebagai pemimpin?


John W. Gardner dalam bukunya On Leadership (Free Press, 1990) antara lain menulis : "Konstituen yang setia dimenangkan oleh mereka yang, sadar atau tidak, dinilai cakap untuk memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan mereka, ketika pemimpin terlihat seperti simbol yang mewakili norma-norma yang mereka anut, dan ketika citra sang pemimpin itu (apakah itu berkesesuaian dengan kenyataan atau pun tidak) selaras dengan mitos-mitos dan legenda yang mereka percayai".

Pernyataan itu menegaskan bahwa loyalitas adalah 'hadiah' yang diberikan oleh konstituen kepada orang yang mereka anggap pantas menjadi pemimpin mereka. Dan 'hadiah' itu diberikan berdasarkan persepsi mereka tentang kemampuan seseorang untuk mewakili mereka dalam hal tertentu. "Kemampuan" dalam hal apa? Utamanya dalam hal memberikan pemecahan masalah dan melayani kebutuhan para konstituen tersebut.

Dengan logika terbalik dapat dikatakan bahwa loyalitas bukanlah sesuatu yang dapat 'dipaksakan' seorang pemimpin kepada konstituennya. Sebab bagaimana mungkin seseorang boleh (sekalipun mungkin dapat) memaksa pihak lain untuk memberikan suatu 'hadiah' kepada dirinya? Bukankah hal itu, seperti yang biasa dilakukan oleh pejabat Orde Baru kepada kroni-kroni mereka, tidak saja lucu dan wagu, tetapi juga irrasional? Dan bukankah orang yang tidak mampu berpikir rasional tidak pernah layak kita angkat sebagai pemimpin?

Lebih jauh dapat pula dikatakan bahwa dalam hal kepemimpinan, akan lebih berguna jika kita mempelajari hal ihwal pelayanan konsumen (customer service) ketimbang banyak buku manajemen yang memperlakukan orang lain sebagai things dan bukan people (ingat, we manage things and lead people). Sebab dengan konsep-konsep pelayanan pelanggan atau konsumen seseorang dapat belajar bagaimana melayani konstituennya (baca: konsumennya). Bila tingkat kepuasan konsumen atau konstituen meningkat, maka layaklah diharapkan loyalitasnya pun naik.

Untuk dapat menciptakan konstituen yang loyal, pemimpin tak bisa lari dari kewajiban mengenali nilai-nilai dan norma-norma yang dianut konstituennya, mengetahui mitos-mitos dan legenda yang dipercayai konstituennya, dan bertindak dalam bingkai yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan mereka itu. Ibarat seorang pembicara publik yang profesional, pemimpin wajib mengenal 'audiensnya' sebelum, ketika, dan sesudah berbicara. Tanpa itu ia tidak akan didengarkan dengan sungguh-sungguh. Tanpa itu ia tidak bisa berbicara untuk menawarkan pemecahan masalah atau hal lainnya. Tanpa itu ia tidak tahu kompetensi apa yang perlu dikembangkannya. Tanpa itu ia tidak tahu visi macam apa yang akan menarik dan menggerakkan hati konstituennya. Tanpa itu ia tidak akan diikuti dengan setia.

Karena memenangkan hati konstituen, termasuk konsumen meski tak terbatas hanya itu, adalah suatu proses 'transaksi' dan mengandung unsur 'kompetisi', maka tak pelak lagi pemimpin harus memiliki kecakapan dalam hal komunikasi dan membina hubungan interpersonal. Ia terutama harus dapat menjadi pendengar yang empatik. Ia harus dapat membaca bahasa tubuh dan mata konstituennya. Ia harus mampu berbicara mewakili jeritan dan impian dari hati konstituennya (yang acap kali tak terucapkan). Ia harus bisa menuliskan pesan-pesan yang menggambarkan keinginan konstituennya. Dan seterusnya. Singkatnya, ia harus pertama-tama cukup rendah hati dan banyak mendengarkan (listening bukan sekadar hearing) konstituennya sebelum angkat bicara.

Tentu saja semua itu hanya penting kalau sang pemimpin ingin mendapatkan hadiah bernama loyalitas. Bukankah demikian?

Berpikir Kritis

Learning without thought is labor lost Confucius

Berpikir Kritis adalah "ketetapan yang hati-hati dan tidak tergesa-gesa untuk apakah kita sebaiknya menerima, menolak atau menangguhkan penilaian terhadap suatu pernyataan, dan tingkat kepercayaan dengan mana kita menerima atau menolaknya." dari Critical Thinking oleh Moore dan Parker.
Strategi Untuk Membaca Secara Kritis
Tanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut pada diri anda sendiri:
Apa topiknya?
Kesimpulan apa yang diambil oleh pengarang tentang topik tersebut?
Alasan-alasan apa yang diutarakan pengarang yang dapat dipercaya?
Hati-Hati dengan alasan yang tidak obyektif (misalnya kasihan, ketakutan, penyalahguaan statistik, dll) yang dapat menipu pembaca.
Apakah pengarang menggunakan fakta atau opni?
Fakta dapat dibuktikan.
Opini tidak dapat dibuktikan dan mungkin tidak mimiliki dasar yang kuat.
Apakah pengarang menggunakan kata-kata netral atau emosional?
Pembaca kritis melihat di balik kata-kata untuk mengetahui apakah alasan-alasan jelas.


Learning without thought is labor lost Confucius

Berpikir Kritis adalah "ketetapan yang hati-hati dan tidak tergesa-gesa untuk apakah kita sebaiknya menerima, menolak atau menangguhkan penilaian terhadap suatu pernyataan, dan tingkat kepercayaan dengan mana kita menerima atau menolaknya." dari Critical Thinking oleh Moore dan Parker.
Strategi Untuk Membaca Secara Kritis
Tanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut pada diri anda sendiri:
Apa topiknya?
Kesimpulan apa yang diambil oleh pengarang tentang topik tersebut?
Alasan-alasan apa yang diutarakan pengarang yang dapat dipercaya?
Hati-Hati dengan alasan yang tidak obyektif (misalnya kasihan, ketakutan, penyalahguaan statistik, dll) yang dapat menipu pembaca.
Apakah pengarang menggunakan fakta atau opni?
Fakta dapat dibuktikan.
Opini tidak dapat dibuktikan dan mungkin tidak mimiliki dasar yang kuat.
Apakah pengarang menggunakan kata-kata netral atau emosional?
Pembaca kritis melihat di balik kata-kata untuk mengetahui apakah alasan-alasan jelas.
Karakteristik Pemikir Kritis
Mereka jujur terhadap diri sendiri
Mereka melawan manipulasi
Mereka mengatasi confusion
Mereka bertanya
Mereka mendasarkan penilaiannya pada bukti
Mereka mencari hubungan antar topik
Mereka bebas secara intelektual
Diadaptasi dari Critical Thinking oleh Vincent Ryan Ruggiero

Cara Belajar Efektif

Langkah-langkah belajar efektif adalah mengetahui
diri sendiri kemampuan belajar anda proces yang berhasil anda gunakan, dan dibutuhkan minat, dan pengetahuan atas mata pelajaran anda inginkan Anda mungkin belajar fisika dengan mudah tetapi tidak bisa belajar tenis, atau sebaliknya. Belajar apapun, adalah proces untuk mencapai tahap-tahap tertentu.
Empat langkah untuk belajar.
Mulai dengan cetak halaman ini dan jawab pertanyan-pertanyaannya. Lalu rencanakan strategi anda dari jawaban-jawabanmu, dan dengan "Pedoman Belajar" yang lain.
Apakah pengalaman anda tentang cara belajar? Apakah anda
What was your experience about how you learn? Did you
Mulai dengan masa lalu
senang membaca?
memecahkan masalah?
menghafalkan?
bercerita?
menterjemah?
berpidato?
mengetahui cara menringkas?

Langkah-langkah belajar efektif adalah mengetahui
diri sendiri kemampuan belajar anda proces yang berhasil anda gunakan, dan dibutuhkan minat, dan pengetahuan atas mata pelajaran anda inginkan Anda mungkin belajar fisika dengan mudah tetapi tidak bisa belajar tenis, atau sebaliknya. Belajar apapun, adalah proces untuk mencapai tahap-tahap tertentu.
Empat langkah untuk belajar.
Mulai dengan cetak halaman ini dan jawab pertanyan-pertanyaannya. Lalu rencanakan strategi anda dari jawaban-jawabanmu, dan dengan "Pedoman Belajar" yang lain.
Apakah pengalaman anda tentang cara belajar? Apakah anda
What was your experience about how you learn? Did you
Mulai dengan masa lalu
senang membaca?
memecahkan masalah?
menghafalkan?
bercerita?
menterjemah?
berpidato?
mengetahui cara menringkas?
tanya dirimu sendiri tentang apa yang kamu pelajari?
meninjau kembali?
punya akses ke informasi dari banyak sumber?
menyukai ketenangan atau kelompok belajar?
memerlukan beberapa waktu belajar singkat atau satu yang panjang?
Apa kebiasaan belajar anda?
Bagaimana tersusunnya?
Yang mana terbaik?
terburuk?
Bagaimana anda berkomunikasi dengan apa yang anda ketahui belajar paling baik?
Melalui ujian tertulis, naskah, atau wawancara?
Teruskan ke masa sekarang
Berminatkah anda?
Berapa banyak waktu saya ingin gunakan untuk belajar?
Apa yang bersaing dengan perhatian saya?
Apakah keadaannya benar untuk meraih sukses?
Apa yang bisa saya kontrol, dan apa yang di luar kontrol saya?
Bisakah saya merubah kondisi ini menjadi sukses?
Apa yang mempengaruhi pembaktian anda terhadap pelajaran ini?
Apakah saya punya rencana? Apakah rencanaku mempertimbangkan pengalaman dan gaya belajar anda?
Pertimbangkan proses, persoalan utama
Apa judulnya?
Apa kunci kata yang menyolok?
Apakah saya mengerti?
Apakah yang telah saya ketahui?
Apakah saya mengetahui pelajaran sejenis lainnya?
Sumber-sumber dan informasi yang mana bisa membantu saya?
Apakah saya mengandalkan satu sumber saja (contoh, buku)?
Apakah saya perlu mencari sumber-sumber yang lain?
Sewaktu saya belajar, apakah saya tanya diri sendiri jika saya mengerti?
Sebaiknya saya mempercepat atau memperlambat?
Jika saya tidak mengerti, apakah saya tanya kenapa?
Apakah saya berhenti dan meringkas?
Apakah saya berhenti dan bertanya jika ini logis?
Apakah saya berhenti dan mengevaluasi (setuju/tidak setuju)?
Apakah saya membutuhkan waktu untuk berpikir dan kembali lagi?
Apakah saya perlu mendiskusi dengan "pelajar-pelajar" lain untuk proces informasin lebih lanjut?
Apakah saya perlu mencari "para ahli", guruku atau pustakawan atau ahliawan?
Buat review
Apakah kerjaan saya benar?
Apakah bisa saya kerjakan lebih baik?
Apakah rencana saya serupa dengan "diri sendiri"?
Apakah saya memilih kondisi yang benar?
Apakah saya meneruskannya; apakah saya disipline pada diri sendiri?
Apakah anda sukses?
Apakah anda merayakan kesuksesan anda?
Halaman ini digambarkan dari "metacognition", istilah yang diciptakan oleh Flavell (1976), dan disampaikan oleh banyak orang. Sumber-sumber tambahan telah dikembangkan oleh SNOW (Special Needs Opportunity Windows), suatu project yang menargetkan pada pendidik-pendidik bantuan di http://snow.utoronto.ca/llreadings/.

Designed by Posicionamiento Web | Bloggerized by GosuBlogger | Blue Business Blogger